Bunuh Diri Karena tidak Mampu Membunuh

Posted: Sabtu, 20 November 2010 by Fadlibone in Label:
0

Sekitar sepuluh tahun kemudian baru diketahui teka-teki kematiannya. Bhuvaneswari diketahui sebagai seorang anggota kelompok bersenjata pejuang kemerdekaan India. Keputusan untuk bunuh diri karena ia merasa tak sanggup untuk melakukan pembunuhan politik yang dipercayakan kelompok bersenjata tersebut kepadanya.

Kisah Bhuvaneswari Bhaduri adalah kejadian nyata. Peristiwa tragis itu menjadi inspirasi karya monumental Gayatri Chakravorty Spivak—salah satu tokoh sentral studi postcolonial—yang berjudul “Can Subaltern Speak?” terbit tahun 1983. Bhuvaneswari tak lain adalah keluarga Spivak sendiri. “Tulisan itu sebenarnya tentang adik nenek saya. Saya sedang memikirkan subaltern ketika menuliskan kisahnya,” kenangnya ketika memberikan serial ceramah di Indonesia, Maret 2006 lalu.
“Tak ada orang tertindas yang bisa bicara. Apalagi ia perempuan, ia akan begitu saja dilupakan,.. Tidak dapat berbicara adalah metaphor karena ia mencoba berbicara sehingga secara metaphor Anda dapat mengatakan tidak ada keadilan…. Orang tidak menaruh perhatian pada 'cerita' subaltern… Kalau sekarang mungkin ia disebut teroris, ” kata Spivak lagi.

Istilah “subaltern” bukanlah istilah Spivak sendiri. Subaltern merupakan istilah bagi kelompok sosial subordinat yang menjadi korban hegemonik kekuasaan, yang dipopulerkan oleh pemikir sosial asal Italia, Antonio Gramsci. Gagasan Gramsi diperkenalkan di India oleh Ranajit Guha, Sejarawan India, yang mendirikan Kelompok Kajian Subaltern. 

0 komentar: